Entri yang Diunggulkan

Essay Diah Ayu Fadilah: Kehidupan Petani dan Segenggam Rasa Syukurnya

Kos Belakang Kampus III UIN Walisongo Semarang Selalu Laku dengan Berbagai Kekurangannya, Banyak Juga yang Harus Kos Berdua Sama Orang Tidak Dikenal


Ilustrasi sekamar berdua (AI Generated Content)

DIREKTORIJATENG.ID - Tanah di dekat kampus merupakan salah satu lokasi paling strategis, karena mempunyai nilai ekonomi tinggi. Salah satu keuntungannya, sang tuan tanah dapat mendirikan kos-kosan, yang menjadi pilihan nomor 1 bagi mahasiswa rantau. 

Pilihan kos dekat kampus menjadi prioritas, terlebih bagi mahasiswa yang tidak memiliki kendaraan. Sama halnya dengan yang terjadi pada kos-kosan di belakang kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

UIN Walisongo Semarang masih menjadi pilihan bagi mahasiswa yang ingin menuntut ilmu dengan tidak meninggalkan nilai-nilai agama Islam (semoga benar seperti itu). Mahasiswa kampus ini merupakan ladang rezeki bagi para pemilik tanah di belakang kampus, terutama di kampus III, tepatnya di Tanjung sari.

Sebagai penghuni kos di Tanjung Sari, saya merasa bangunan kos di sini terlihat lebih sederhana, cenderung seadanya. Tidak seperti kebanyakan kos di wilayah lain yang terlihat mewah dan eksklusif. Tetapi nyatanya keadaan ini tidak membuat kos-kos di sini sepi peminat. Apalagi pada saat mahasiswa baru berdatangan, dijamin penghuni kos di daerah ini akan membeludak, telat sedikit jangan harap mendapatkan slot kosong kos Tanjung Sari.

“Biar lebih dekat dengan kampus, Mbak. Aku juga ngga dikasi kendaraan, jadinya meskipun mahal ditrabas aja,” ungkap salah satu mahasiswi UIN, Alea (23), saat ditanya kenapa memilih Tanjung Sari saat mencari kos dahulu. 

Sekamar Wajib Berdua, Sekasur Juga

Banyak kos-kosan yang mewajibkan sekamar bersama dengan orang lain, mulai dari berdua sampai tiga orang. Tidak heran, jika wilayah ini ramai oleh anak rantau. Setiap sore pasti semua tempat makan ramai.

“Dulu aku sama temen sekamar udah janjian lewat grup kelas, Mbak, aku sekota sama dia jadinya yakin aja,” ucap Alea sangat antusias menceritakan awal pertemuan dengan teman sekamarnya. Itu terjadi sudah tiga tahun silam, sampai sekarang Alea masih istiqomah dengan kos dan teman kos yang dipilih sejak awal kuliah.

Kendati demikian, Alea, mengatakan tinggal di kos-kosan bareng dengan orang lain meskipun asal daerahnya sama, tetap membuat dia kurang nyaman. Setelah sekamar bareng, ia baru sadar ada kebiasaan yang berbeda. 

“Sebenarnya ya, Mbak, kurang privasi soalnya kasurnya bareng, tapi malas pindah juga, barang saya banyak, kalau cari kosan lagi di sekitar Tanjung Sari pasti mirip-mirip aja,” ujarnya.

Pernah Pelukan dan Saling Tendang

“Bangun-bangun sudah berpelukan,” cerita Alea sambil tertawa terbahak-bahak.

Perempuan asli Tegal ini mengaku, hal itu menjadi salah satu cerita paling lucu yang pernah dia alami dan ketika bangun mereka sama-sama kaget. 

“Nggak nyangka sampai pelukan gitu, mungkin saking capeknya ya,” ucapnya masih tertawa terbahak-bahak.

Dahulu Alea juga pernah mengalami saling tendang ketika tidur, karena saat bangun tidur badannya sakit. Saat ditanya, kenapa dirinya tidak pindah saja, ia mengatakan sudah nyaman dengan penghuni kosnya, meskipun bangunan kos yang ditempati terbilang tua dan sempit jika ditempati dua orang.

Cerita Alea menjadi sedikit gambaran soal kos di dekat kampus selalu menjadi primadona perantau. Bagaimanapun bentuk bangunannya, kos di belakang kampus III mana ada yang sepi? Tapi kayaknya kalau di-upgarde fasilitasnya dengan harga yang lebih sesuai juga oke juga.

Jadi apakah kamu berminat punya aset dekat kampus?(*)

Penulis: Ma'unatul Hamidah, Mahasiswi KPI 2022

Editor: Farida

Belum ada Komentar untuk "Kos Belakang Kampus III UIN Walisongo Semarang Selalu Laku dengan Berbagai Kekurangannya, Banyak Juga yang Harus Kos Berdua Sama Orang Tidak Dikenal"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel