Entri yang Diunggulkan

Curug Bengkawah, Air Terjun Kembar di Kabupaten Pemalang

Filosofi Kue Tradisional Wajik Untuk Hantaran Pernikahan

Kue tradisional Wajik yang menjadi hantaran dalam acara pernikaan ternyata memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya.

Kue tradisional Wajik yang menjadi hantaran dalam acara pernikaan ternyata memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya. (freepik.com/Ika Rahma) 


DIREKTORIJATENG.ID - Wajik merupakan kue tradisional yang ternyata banyak menghiasi meja jamuan dalam tradisi pernikahan sejak zaman dahulu hingga sekarang. Bahkan kue tradisional ini menjadi salah satu makanan yang wajib ada dalam acara pernikahan, karena Wajik memiliki suatu filosofi yang terkandung di dalamnya.

Berdasarkan keterangan Sumiyatun (49), pembuat kue Wajik dari Jepara mengatakan jika kue tradisional tersebut merupakan warisan kuliner dari zaman dahulu yang masih dipertahankan hingga sekarang, "Wajik sudah ada sejak zaman dahulu sebagai bagian dari hantaran pengantin maupun hidangan untuk jamuan tamu," ujarnya saat diwawancarai, Minggu (10/3).

Kue yang terbuat dari bahan utama beras ketan putih ini memiliki nilai atau makna tersendiri pada acara pernikahan. Wajik dianggap sebagai bentuk memperat tali silaturahmi dalam sebuah acara pernikahan. Selain itu, Wajik menjadi simbol ucapan terima kasih dari tuan rumah yang sedang melaksanakan acara pernikahan.

Tak hanya itu, kue Wajik juga memberikan simbol keberkahan bagi kedua mempelai pengantin. Sebab dalam adat Jawa, kue itu menjadi sebuah doa untuk kedua mempelai agar menjalani kehidupan berumah tangga dengan langgeng hingga akhir hayat. 

Sehingga kue Wajik tidak hanya menjadi sebuah hidangan dalam acara pernikahan saja, namun dibalik hal itu ternyata mengandung sebuah filosofi untuk kedua mempelai pengantin.

Kue tradisional Wajik terbuat dari beras ketan putih, santan, dan kelapa goreng. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana cara pembuatan dari kue Wajik.

Cara Pembuatan Wajik

  1. Cuci beras ketan hingga bersih lalu tiriskan,
  2. Rendam air dingin selama 2 jam, lalu tiriskan hingga agak kering,
  3. Kukus ketan dalam kukusan panas hingga setengah matang (sekitar 30 menit),
  4. Angkat ketan, lalu masak santan bersama daun pandan, gula merah, gula pasir, dan garam hingga mendidih lalu angkat dan saring,
  5. Aduk santan panas dan ketan setengah masak hingga santan habis terhisap oleh ketan. Biarkan beberapa saat,
  6. Kukus kembali ketan selama 30 menit hingga lunak kemudian angkat. Siapkan loyang segi empat datar (18 cm),
  7. Olesi sedikit minyak sayur atau alas daun pisang atau plastik. Setelah itu tuang ketan panas ke dalam loyang,
  8. Tekan-tekan hingga padat dan rata lalu diamkan hingga dingin, lalu potong kue wajik berbentuk kotak.

Dengan nilai-nilai tradisi yang terkandung dalam kue Wajik, diharapkan agar kue tradisional tersebut tetap menjadi salah satu pilihan wajib dalam acara pernikahan. Maka dapat membawa harapan kelancaran dan kebahagiaan bagi pengantin yang akan memulai perjalanan hidup baru mereka menjadi pasangan hingga akhir hayat. (*)

Reporter: Evi Hidayatuz Zahroh dan Fikriya Labiba

Evi Hidayatuz Zahroh Halo Nama saya Evi Hidayatuz Zahroh saya Mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, disini saya Mahasiswa Prodi KPI yaitu di Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, sekarang saya mahasiswa Semester 3, yang memiliki NIM 2101026106

Belum ada Komentar untuk "Filosofi Kue Tradisional Wajik Untuk Hantaran Pernikahan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel