Pelestarian Bahasa Prokem Semarang di Kafe Gethe
Pemilik
Kafe Gethe, Ari Purbono sedang bercengkrama dengan dua pengunjung (dok. Direktorijateng.id) |
SEMARANG, DIREKTORIJATENG.ID - Aroma kopi memenuhi seluruh ruangan kafe berukuran 20m x 5m ketika kami mengunjungi kafe yang terletak ditengah bangunan modern, tepatnya di Kampung Sekayu, Semarang. Sederhana saja, layaknya sepetak bangunan tua yang dihiasi dengan beberapa lampu gantung, lukisan dan kursi kayu memenuhi sudut ruangan kafe ini.
Deretan biji kopi tersusun rapi di atas toples kaca dan cangkir blirik tampak berjejer di sebelahnya. Remang lampu berwarna kuning memberikan nuansa nostalgia pengunjung akan rumah nenek di kampung halaman.
Meskipun bernuansa jadul, Kafe Gethe ini tidak hanya dikunjungi oleh orang dewasa yang hanya ingin bernostalgia dan menikmati suasana rumah lama mereka. Namun sebaliknya, Kafe ini banyak dikunjungi oleh anak muda.
Kafe Gethe namanya, Kafe yang didirikan tahun 2022, oleh Ari Purbono ini mengusung konsep sejarah Semarang pada tiap sudut ruangan yang ada dalam kafe. Pelestarian bahasa Semarang terlihat pada penamaan kafe dan menu. Kata Gethe berasal dari bahasa prokem semarang yang popular pada tahun 1970 yang memili arti rene atau kemari.
Baca Juga: Kuliah Karawitan, Ikhtiar Akademisi Lestarikan Budaya
Ari mengatakan bahwa adanya kafe ini yaitu sebagai bentuk pengenalan kampung yang memiliki sejarah Kota Semarang agar lebih dikenal oleh masyarakat.
“Kampung Sekayu ini merupakan sentra kayu atau disebut juga pekayon. Karena dulunya kayu yang digunakan untuk Masjid Demak berasal dari Kampung Sekayu,” katanya, Selasa (02/01/2024).
Tidak hanya itu, kafe gethe juga memberikan sebutan khusus bahasa prokem pada lembar menu, seperti Kahaht yang berarti mangan (makan), Ngoce untuk ombe (minuman) dan Ciak untuk cemilan.
Menu yang ditawarkan di kafe ini merupakan bentuk pengenalan Kampung Sekayu kepada pengunjung, seperti Nasi Goreng Kepatihan, Kwetiau Ketemanggungan, Sego Ghodoq Sekayoe, Nasi Gongso Kepatihan/Ketemanggungan.
Baca Juga: Adakan Tradisi Menjelang Ramadhan di Kampung Bustaman
“Tadi Nasi Goreng Kepatihan dan Kwetiau Ketemanggunagan karena dahulu Kampung Sekayu menjadi pusat pemerintahan dan tempat tinggal para patih. Kampung ini juga menjadi tepat lahirnya sastrawati terkenal NH Dini yang bukunya bisa dibaca di kafe ini,” tambahnya.
Sedangkan untuk menu minuman, Kafe Gethe terknal dengan kopi dan wedang rempah yang banyak dicari oleh pengunjung. Penamaan minumana disini cukup unik, Kopi Mas Wali, Kopi Mbak Wali, Kopi Mas Dewan, dan Kopi Susu Kramatjati.
“Kita kasih penamaan yang unik karena kita ingin membranding Kampung Sekayu, misal Kopi Wali karena Semarang melahirkan banyak wali. Di tahun ini juga akan mengeluarkan Kopi Mbah Sholeh Darat yang kopinya nanti akan dikirim dari Jepara, sesuai dengann tempat kelahiran Beliau,” ujarnya.
Hangatnya Wedang Kafe Gethe
Meskipun menyandang nama sebagai kafe, Gethe tidak hanya menyediakan kopi saja untuk dinikmati oleh pengunjung. Kafe Gethe juga menawarkan beberapa menu lainnya seperti coklat dan wedang yang banyak diminati oleh pengunjung. Wedang dalam bahasa jawa memiliki arti sebagai minuman.
Baca Juga: Ade Rai Hadir dalam Talkshow Hidup Sehat di Unisbank Semarang
Wedang merupakan jenis minuman yang biasanya digunakan sebagai penghangat tubuh. Wedang Lawang Sewu merupakan salah satu menu yang paling sering dipesan oleh pengunjung di Kafe Gethe.
Sesuai dengan namanya, Lawang Sewu memiliki banyak pintu pada bangunan, sedangkan Wedang Lawang Sewu ini, memilki banyak rempah yang dimasukan dalam cangkir blirik berwarna hijau.
Aroma jahe yang mendominasi dan berbaur dengan cengkeh mulai tercium saat sang pemilik kafe mengantarkan pesanan ke meja pengunjung. Secangkir wedang siap menemani dinginnya Semarang hari itu. Tak hanya jahe dan cengkeh saja, aroma sereh, daun pandan berpadu dengan rempah-rempahan lainnya.
"Wedang ini namanya Lawang Sewu karena rempah-rempah yang dimasukkan banyak sekali," ujar Ari.
Lebih dari sepuluh macam rempah yang ada dalam satu menu ini, ada jahe, daun jeruk wangi, daun pandan, daun sereh, habbatussauda, cengkeh, kapulaga Arab, kapulaga Jawa, secang, bunga lawang, dan kemukus.
Baca Juga: FDK UIN Walisongo Semarang Siapkan 720 Kuota untuk Mahasiswa Baru 2024/2025
"Manfaat wedang ini untuk menyegarkan, dan tentunya menghangatkan tubuh, kalau kemukus sendiri itu manfaatnya untuk meredakan batuk," tambahnya.
Rasa pedas dari jahe cukup memberikan sensasi kehangatan ketika kita meminum wedang ini, tambahan madu memberikan rasa manis yang tak menghilang rasa rempah yang ada. Bagi kalian pecinta minuman segar dan sedikit asam, disini juga disediakan jeruk nipis sebagai penambah kesegaran untuk wedang lawang sewu.
Kesegaran lainnya juga dihasilkan dari daun sereh yang di geprek, rasa pedas dari cengkeh juga tidak terlalu kuat, membuat minuman ini dapat diterima dengan mudah.
Salah satu pengunjung, Reza Indriani mengaku sangat kagum dan senang bisa menemukan kafe hidden gem di Kota Semarang, apalagi dengan konsep sejarah dan arsitektur membuatnya nyaman.
Reza juga menyebutkan, sebelum ini dirinya tidak terlalu suka dengan minuman berempeh, karena memiliki rasa terlalu kuat. Tetapi, lidahnya tak bisa menolak ketika dihidangkan Wedang Lawang Sewu, ia mengaku merasakan hal yang berbeda dengan rempah yang ia minum sebelumnya.
“Wedang lawang sewu ini berbeda, karena disini ada banyak rempah-rempah, disini ga ada rempa yang terlalu pahit, yang pedes. Ini minuman rempah yang bisa diterima oleh lidahku, apalagi buat aku yang sebelumnya tidak suka dengan jamu-jamuan,” pungkasnya.
Penulis: Karina Rahma Dani dan Dela Anadra Putri
Belum ada Komentar untuk "Pelestarian Bahasa Prokem Semarang di Kafe Gethe"
Posting Komentar