Surat untuk Si Buta, Tuli, dan Bisu
Surat untuk Si Buta, Tuli, dan Bisu
Ilustrasi (dok. pinterest, Gedankenwelt)Sudah tuli nyatanya,
Seorang pendengar hebat kini telah menuli,
Matanya rabun disinari kemewahan duniawi,
Hatinya tertutup berkat jamuan sebuah kursi.
Oh malangnya tanah lahirku,
Tak dihiraukan si rapi berdasi itu,
Tak didengar oleh nyai-nyai berkonde itu,
Meresap hanya tinggal meresap,
Si manis lidah kini telah bisu.
Apa kabar dengan tuan dan puan?
Rupanya penglihatanmu kini telah lama buram,
Pendengaranmu juga sudah berkurang.
Maka, izinkan aku memakaikan kacamata kelam,
Kacamata dari perih, luka, sakit, dan nista tak bertuan.
Aku kabarkan sedikit tentang kami,
Yang dilanda kesusahan tiada henti,
Yang banting tulang demi hanya sesuap nasi,
Naasnya, yang dicari tidak selalu kami dapati.
Kau dengar itukah wahai sirapi, berkonde?
Sudah tuli nyatanya,
Semakin sehat semakin menuli,
Semakin sehat semakin membuta.
Belum ada Komentar untuk " Surat untuk Si Buta, Tuli, dan Bisu"
Posting Komentar