Entri yang Diunggulkan

Essay Diah Ayu Fadilah: Kehidupan Petani dan Segenggam Rasa Syukurnya

Emma Poeradiredja, Tokoh Perempuan dalam Sumpah Pemuda Ternyata Juga Pejabat Negara


Emma Poeradireja merupakan salah satu tokoh pejuang dan tokoh pergerakan perempuan Sunda.
Emma Poeradiredja, tokoh perempuan dari Bumi Pasundan (Doc. Kemdikbud.go.id)

DIREKTORIJATENG.ID-Sumpah pemuda merupakan hasil dari kongres pemuda II yang diselenggarakan  pada 1928, dari sekian banyaknya tokoh, sebagian besar yang tersorot hanya laki-laki.

Meskipun begitu, ada juga loh, tokoh perempuan yang turut andil pada Sumpah Pemuda 1928, salah satunya Emma Poeradiredja.

Nyi Raden Rachmat’ulhadiah Poeradiredja atau orang lebih mengenal nama Emma Poeradiredja lahir pada 3 Agustus 1902 dari pasangan Raden Kardata Poeradiredja dan Nyi Raden Siti Djariah.

Baca Juga : MA Qudsiyyah Kudus Produksi Naskah Teater Berbahasa Jawa Pegon Pertama di Indonesia

Pada saat itu, seorang perempuan cukup sulit berpartisipasi dalam memperjuangkan kemerdekaan, karena masih adanya batas antara laki-laki dan perempuan.

Namun bukan hal yang tidak mungkin, bagi perempuan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan mempunyai jabatan di masa itu.

Emma Poeradiredja tamat dari Hollandsche Inlandsche School (HIS), Tasikmalaya pada 1917 dan menamatkan pendidikan tingginya pada 1921 di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).

Baca Juga : Kritik Terhadap Kepemimpinan Jokowi, Mahasiswa Semarang Teriakkan Tuntutan

Pada saat itu belum banyak pribumi yang melanjutkan pendidikan tinggi dengan bahasa Belanda.

Emma menjadi perempuan pertama yang melanjutkan pendidikan di MULO.

Tahun 1918, Emma sudah menjadi anggota Jong Java, dan setelah tamat MULO dia diterima bekerja pada Staatspoor en tramwegen (SS), sekarang PT. Kereta Api Indonesia. 

Baca Juga : Aksi Mahasiswa Untuk Evaluasi Sembilan Tahun Kinerja Presiden Joko Widodo

Sambil bekerja, Emma tetap aktif dalam pergerakan yaitu Kongres Pemuda Indonesia I dan organisasi Jong Islamieten Bond sebagai Ketua Cabang Bandung, 1925.

Pada Kongres Pemuda II, Emma yang menjabat sebagai Ketua Cabang Bandung Jong Islamieten Bond, berpidato mengenai peran perempuan agar terlihat tidak hanya dalam peembicaraan pergerakan namun juga  andil dalam pergerakan.

Selama hidupnya, Emma aktif dalam berbagai organisasi, yang bergerak dalam memperjuangankan kemerdekaan dan kesetaraan perempuan.

Baca Juga : Pelajar SMA Menjadi Juara Duta GenRe Kabupaten Semarang Tahun 2023

Emma pernah menjabat sebagai anggota  Dewan Perwakilan Rakyat/Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia pada Pemilu 1971 (DPR/MPR-RI).

Pada 30 April 1930 didirikanlah organisasi untuk menampung aspirasi kaum perempuan yang bernama Pasundan Istri (PASI).

Sejak berdirinya PASI pada 1930 sampai 1970, Emma menjabat pemimpin yang kedudukannya sebagai Ketua Umum dan Penasihat Organisasi.

Baca Juga : Antusiasme Santri Pagar Nusa Ikuti Upacara Hari Santri Nasional 2023

Emma bisa menjabat selama 40 tahun lamanya karena keteguhan, dedidkasi, dan perjuangannya yang mampu membangun kepercayaan masyarakat kala itu.

Emma wafat pada 19 April 1976 karena jatuh sakit.

Sebelum wafat, beliau sempat menghadiri Kongres Ikatan Wanita Kereta Api (IWKA) yang ke VIII, Yogyakarta, 5 sampai 7 April 1976.

Baca Juga : Penguatan Wawasan Kebangsaan di Hari Santri, Seminar dan FGD oleh PW IKA PMII JatengPenguatan Wawasan Kebangsaan di Hari Santri, Seminar dan FGD oleh PW IKA PMII Jateng

Emma Dikebumikan pada 20 April 1976 di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung, dengan upacara kenegaraan.

Penulis: Tri Widiyanti

Editor: Abdul Fatah

Tri Widya Yanti Hallo aku Tri Widya Yanti, mahasiswi UIN Walisongo Semarang prodi KPI 2021

Belum ada Komentar untuk "Emma Poeradiredja, Tokoh Perempuan dalam Sumpah Pemuda Ternyata Juga Pejabat Negara "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel