Entri yang Diunggulkan

Essay Diah Ayu Fadilah: Kehidupan Petani dan Segenggam Rasa Syukurnya

Jika Kalian Pernah Ada Tanda-Tanda Burnout, Kenali Penyebabnya dan Cara Mencegahnya

Titik awal burnout adalah stress yang muncul akibat besarnya keinginan manusia (ambisi) mencapai target


Ilustrasi- Burnout akibat terlalu banyak tekanan (Pixabay/Silviarita)


DIREKTORIJATENG.ID- Ucapan motivasi dengan selipan ‘kerja keras’ kerap terdengar. Entah saat bersantai, berseluncur di media sosial hingga video motivator yang tengah asyik menjadi pembicara.

Ucapan mereka dapat saja dimaknai seolah-olah menegaskan bahwa esensi utama hidup manusia adalah bekerja keras.

Memang, konsep tersebut tidak salah. Namun, tanpa disadari memupuk persepsi masyarakat yang sedikit keliru, terlebih jika ditelan mentah. 

Maksudnya, konsep berpikir seperti ini membuat mereka berambisi kala menunaikan pekerjaan, tanggung jawab ataupun tugas semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan kondisi mental, emosional dan fisik yang lelah. 

Apabila terus dibiarkan, maka siap-siaplah terkena fase ‘burnout. Padahal proses penyembuhan fase ini cukup memakan waktu.

Lewat buku Bebas Burnout: Tangguh Tanpa Rasa Jenuh, Ekachaeryanti Zain memberikan edukasi bagi para pembaca berupa tindakan preventif maupun solusi jika berada pada titik burnout. Selain itu, agar dapat memahami konteks keseluruhan buku, penulis mengenalkan definisi burnout pada bab pertama. 

Ringkas saja, burnout adalah gangguan psikologis akibat pekerjaan atau tugas yang berlimpah, memicu stress berkepanjangan.  

Manusia ibarat aktor yang dituntut mampu untuk memainkan peran pebisnis, mahasiswa, karyawan, aktivis,dsb. secara maksimal. 

Eka membagi 3 faktor internal penyebab burnout; terlalu ambisius, idealis, dan perfeksionis.

Kenali Sindrom Burnout Sejak Dini

Pada konteks ini, pepatah "segala yang berlebihan tidak baik" menjadi ada benarnya. Titik awal burnout adalah stress yang muncul akibat besarnya keinginan manusia (ambisi) mencapai target, impian, harapan. 

Manusia idealis akan sangat akrab dengan namanya kerja keras memenuhi ambisinya, sementara perfeksionis menginginkan standar tinggi, kesempurnaan pada hasil kerja. 

Bisa dibilang, pengidap burnout adalah mantan manusia yang terlalu pekerja kera,mereka bersedia menangani semua pekerjaan asalkan target terpenuhi entah tuntutan atau sukarela (menjadi mahasiswa terbaik, misalnya).

Pada bab lain, penulis mencantumkan contoh burnout yang terjadi pada mahasiswa. Menyinggung sedikit, betapa tingginya tugas mahasiswa dari lingkup akademik saja, misalnya ujian, makalah, artikel, presentasi yang mau tidak mau harus ditunaikan, melanggar saja nilai sudah pasti tak keluar. Akhirnya, harapan lulus cepat bisa ikut memudar. 

Kelebihan yang dimiliki buku ini bisa ditinjau oleh tata letak antar paragraf cukup renggang sehingga mata nyaman untuk menyimak, terdapat lembar evaluasi per akhir bab untuk mengukur tingkat stress.

 Selain itu segi bahasa yang ringan, penggunaan sudut pandang orang kedua lebih komunikatif, dan sejumlah kalimat motivasi. 

Kuncinya adalah persisten, lakukan satu per satu. Walaupun lambat yang penting menunjukkan kemajuan.”(hlm.71)

Secara implisit, hal ini menjelaskan bahwa hidup manusia akan tenang dan rileks apabila ia mencintai proses daripada hasil akhirnya, mengapresiasi langkah kecil sekalipun asalkan ada progres.

Ekachaeryanti mengidentifikasi burnout melalui tiga hal, diantaranya mudah lelah mental/fisik, merasa tidak bahagia, dan kurangnya kepercayaan diri. 

Pada fase burnout, ada perbedaan yang abstrak, yaitu rasa semangat, antusiasme ketika menunaikan tugas yang semula digandrunginya perlahan memudar, cenderung apatis atau masa bodoh. 

Penulis mengulas cara atasi _burnout_ dengan unik, pasalnya dikemas dalam paragraf yang sifatnya memotivasi, menggugah emosional pembaca. 

Mencintai diri sendiri terasa menyembuhkan dibandingkan mencintai obsesi dirimu yang sempurna”.(hal.27)

Menghindari burnout, dimulai mencintai diri sendiri, memberikan kasih sayang dan afirmasi, sepele tapi sulit dilakukan. 

Pedihnya masyarakat cenderung menginginkan hidup yang perfeksionis, memilih orang lain entah selebgram, artis, pejabat sebagai tolok ukur kapasitasnya. Baik segi pencapaian, fisik, materi,dsb. Penulis mengajak pembaca untuk berusaha semampunya dan melihat situasi yang realistis, belajar menerima.

Sayangnya, dalam penyajian argumen atau opini, penulis tidak menguatkannya dengan sumber  referensi ilmiah, contohnya persentase kasus burnout atau hasil penelitian mengenai level burnout . kemudian pengaturan tata letak kurang memaksimalkan ruang.

Selebihnya, buku ini ringan dibaca dan edukatif. Karya yang cocok bagi siapa saja tanpa batas usia, gender. Entah mahasiswa, karyawan, hingga ibu rumah tangga. Seperti judulnya, pembaca benar-benar akan diajari tangguh tanpa rasa jenuh melawan burnout.

Selamat membaca! 


Biodata Buku

Judul: Bebas Burnout: Tangguh Tanpa Rasa Jenuh 

Penulis: Ekachaeryanti Zain

Penerbit: TransMedia Pustaka

Tahun Terbit: 2022 (cetakan ke satu)

ISBN: 978-602-7100-90-4

Kategori: Pengembangan Diri

Resensator: Shinta Ayu Aini

Belum ada Komentar untuk "Jika Kalian Pernah Ada Tanda-Tanda Burnout, Kenali Penyebabnya dan Cara Mencegahnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel