Entri yang Diunggulkan

Essay Diah Ayu Fadilah: Kehidupan Petani dan Segenggam Rasa Syukurnya

Tayub dan rasa syukur atas berkah air berlimpah Sendang Pengilon

Warga Dukung Ngrangit menggelar sedekah bumu di Sendang Pengilon, Sabtu (27/7/2019). (foto Imam Khanafi)
DIREKTORIJATENG.COM- Sendang Pengilon di perbukitan Patiayam, Dukuh Ngrangit, Kudus memberikan air berlimpah bagi masyarakat sekitar. Untuk mensyukuri nikmat itu, warga menggelar sedekah bumi, Sabtu (27/7/2019).

Warga berbondong-bondong membawa jubungan berisi nasi dan lauk pauk seadanya. Mereka menuju Sendang Pengilon menata makanan yang dibawa menanti sesepuh desa melangitkan doa.

“Dari Sendang Pengilon inilah warga Dukuh Ngrangit yang berjumlah sekitar 200 Kepala Keluaga (KK) mengantungkan air dari sumber alam,” kata warga Dukuh Ngrangit, Mustaqim yang turut serta dalam acara itu.

Sendang Pengilon tetap mengalirkan air ke pemukinan warga Dukuh Ngrangit Baru meski jaraknya cukup jauh, yaitu sekitar 5 KM.

“Dulu warga Ngrangit hidup di sekitar sendang ini, tapi sejak longsor 2001 dan pada 2004 warga akhirnya mendapat ganti rugi dan permintaan untuk pindah disetujui pemerintah dan akhirnya sekarang berada di Dukuh Ngrangit Baru, yang jaraknya kurang lebih lima kilometer dari Dukuh Ngrangit lama,” tambah Mustaqim.

Sesepuh desa, Mbah Paijan, tampak khusuk melangitkan doa di sekitar sumber Sendang Pengilon. Menurut Mbah Paijan, tradisi sedekah bumi di Sendang Pengilon sudah berlangsung lama. Sejak ia kecil tradisi itu sudah ada. Biasanya dilaksanakan rutin saban tahun tiap Bulan Apit dalam penanggalan Jawa.

“Sejak saya kecil sudah ada, bahkan saya sudah mengikuti sejak saya kecil,” katanya.

Panitia sedekah bumi Dukuh Ngrangit, Eko Nurul Huda mengatakan, sedekah bumi bagi warga sangat penting mengingat Sendang Pengilon menjadi sumber mata air yang menghidupi warga sampai sekarang.

“Ini sebagai ungkapan syukur kami sebagai warga, karena air masih mengalir di bulan yang panas ini,” katanya.

Menurut Eko, tradisi sedekah bumi sudah menjadi bagian dari masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dari alam dan leluhurnya. “Buktinya masyarakat bergotong-royong bersih sendang sehari sebelum acara dimulai dan iuran agar terlaksana acara ini,” ujarnya.

Sedekah Bumi Sendang Pengilon tak hanya berisi acar doa, tetapi juga menyuguhkan gelaran tayub. Meski demikian, menurut Eko tayub tersebut berbeda dengan lainnya. Alat yang dibawa sangat sederhana, yang penting menghasilkan gending yang bisa buat ngibing atau joget.

“Selain itu tayub cuma sebentar, hanya lima lagu saja dan yang berjoget juga hanya beberapa warga yang mau,” tambahnya.

Tayub tersebut digelar usai menyantap makanan dalam jubungan. “Kalau dulu dilanjut, sebelum 2004, sebelum pindah acara di sendang dilanjutkan tayub semalam suntuk di rumah Bayan atau kepala dusun setempat,” jelasnya.

Sekarang warga menggantinya dengan acara ketoprakan di Ngrangit Baru. Semua warga pun ikut menyaksikan.

“Selain hormat air yang berlimpah dari Sendang Pengilon, acara demi acara juga ungkapan syukur kami atas semua nikmat rejeki,” kata Eko. (AS)

Belum ada Komentar untuk "Tayub dan rasa syukur atas berkah air berlimpah Sendang Pengilon"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel