Entri yang Diunggulkan

Essay Diah Ayu Fadilah: Kehidupan Petani dan Segenggam Rasa Syukurnya

Siti Alfijah melawan gerakan radikalisme


DIREKTORIJATENG.COM- Nama Siti Alfijah (41) tidak asing lagi di kalangan aktivis Jawa Tengah. Selain aktif dalam kegiatan advokasi, perempuan kelahiran Rembang, 20 Oktober 1977 ini, juga aktif dalam kegiatan Majelis Ta’lim Nurul Ummahat Ambarawa. Ia telah bergabung sejak 12 tahun yang lalu, sebagai Sekretaris sekaligus penceramah rutin.
Siti Alfijah, aktivis Syarikat 98 yang juga kader muda Nahdlatul Ulama (NU) dalam sebuah majelis. 

Selain berkiprah di Majelis Ta’lim tersebut, atas perintah beberapa sesepuhnya di lingkaran kultural Nahdlatul Ulama (NU), sejak tahun 2006, perempuan yang akrab disapa Mbak Alfi itu juga merintis berdirinya ranting-ranting Fatayat Nahdlatul Ulama di seputaran Ambarawa Raya.

Upaya ini bukan hanya untuk meningkatkan kapasitas Kaum Perempuan Muda Nahdhiyyin semata, melainkan menjadi salah satu benteng untuk membendung tumbuh-kembangnya gerakan intoleransi-radikalisme-terorisme yang terus-menerus menggerogoti dan merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mengingat banyaknya kegiatan keagamaan yang diprakarsainya, maka Mbak Alfi dinyatakan lolos seleksi untuk mengikuti Program Pendidikan Pengkaderan Ulama Perempuan Angkatan IV yang dilaksanakan oleh Lembaga RAHIMA (Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-Hak Perempuan) Jakarta, pada tahun 2013 – 2015. 

Selanjutnya, Mbak Alfi yang aktif mengisi ceramah keagamaan di berbagai acara ini juga turut ambil bagian dalam pelaksanaan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang dilaksanakan di Babakan, Ciwaringin, Cirebon pada tanggal 25 – 27 April 2017 yang lalu. Belakangan ini, Ulama Perempuan RAHIMA se-Indonesia bersepakat untuk membangun gerakan kontra-narasi radikalisme di seluruh Indonesia.

“Gerakan Ulama Perempuan ini sangat penting untuk melawan narasi perang yang terus-menerus dihembus-hembuskan kemana-mana, oleh pihak-pihak yang menginginkan perpecahan di kalangan sesama anak-bangsa,” demikian papar Mbak Alfi berapi-api.

Di samping urusan kehidupan keagamaan, Alumnus IAIN Walisongo Semarang yang pernah mendapatkan beasiswa dari Centre for Southeast Asian Social Studies UGM , Yogyakarta, dalam Intensive Short Course for Trainers on Human Right dan Democracy ini juga tetap aktif berhimpun bersama Kawan-Kawan masa mudanya. Relasinya yang dekat dengan Tokoh Muda Nasional seperti Adian Napitupulu, Masinton Pasaribu dan sebagainya, telah membawanya menghadap Presiden RI di Istana Negara pada akhir bulan Mei 2018 yang lalu.

“Kaum Muda adalah tulang-punggung bagi berlanjutnya tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Karenanya, kita harus terus menempa diri, terus memperbaiki kualitas diri, sehingga telah siap mengabdi, ketika datang panggilan dari Ibu Pertiwi, “ Jelasnya.

Mbak Alfi yang merupakan salah satu tokoh kunci di organisasi Aktivis Syarikat 98 JawaTengah ini, tercatat pula sebagai salah satu dedengkot yang turut serta mendorong lahirnya Paguyuban Petani Banaran Sukorejo, Kendal, tak lama setelah arus reformasi bergulir di negeri ini. Di samping itu, Mbak Alfi juga aktif di Forum Perjuangan Petani Batang (FPPB) yang belakangan berubah nama menjadi Omah Tani Batang. Pergulatan dengan Omah Tani inilah yang membuahkan penghargaan “Srikandi Tani”. 

Akhir-akhir ini, Mbak Alfi sibuk berkeliling Jawa Tengah, merintis berdirinya organisasi Perempuan Tani Jawa Tengah, yang merupakan organ sayap Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Apakah tidak capek? “Hidup hanya sekali. Fokuskan energi. Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas mengukir prestasi.  Menjemput Berkah Gusti.”(AS)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel