Siti Alfijah melawan gerakan radikalisme
Senin, 14 Januari 2019
DIREKTORIJATENG.COM- Nama Siti Alfijah (41) tidak asing lagi di
kalangan aktivis Jawa Tengah. Selain aktif dalam kegiatan advokasi, perempuan
kelahiran Rembang, 20 Oktober 1977 ini, juga aktif dalam kegiatan Majelis
Ta’lim Nurul Ummahat Ambarawa. Ia telah bergabung sejak 12 tahun yang lalu,
sebagai Sekretaris sekaligus penceramah rutin.
Siti Alfijah, aktivis Syarikat 98 yang juga kader muda Nahdlatul Ulama (NU) dalam sebuah majelis. |
Selain berkiprah di Majelis Ta’lim tersebut,
atas perintah beberapa sesepuhnya di lingkaran kultural Nahdlatul Ulama (NU), sejak
tahun 2006, perempuan yang akrab disapa Mbak Alfi itu juga merintis berdirinya
ranting-ranting Fatayat Nahdlatul Ulama di seputaran Ambarawa Raya.
Upaya ini bukan hanya untuk meningkatkan
kapasitas Kaum Perempuan Muda Nahdhiyyin semata, melainkan menjadi salah satu
benteng untuk membendung tumbuh-kembangnya gerakan
intoleransi-radikalisme-terorisme yang terus-menerus menggerogoti dan merusak
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mengingat banyaknya kegiatan keagamaan yang
diprakarsainya, maka Mbak Alfi dinyatakan lolos seleksi untuk mengikuti Program
Pendidikan Pengkaderan Ulama Perempuan Angkatan IV yang dilaksanakan oleh
Lembaga RAHIMA (Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-Hak Perempuan)
Jakarta, pada tahun 2013 – 2015.
Selanjutnya, Mbak Alfi yang aktif mengisi
ceramah keagamaan di berbagai acara ini juga turut ambil bagian dalam
pelaksanaan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang dilaksanakan di
Babakan, Ciwaringin, Cirebon pada tanggal 25 – 27 April 2017 yang lalu.
Belakangan ini, Ulama Perempuan RAHIMA se-Indonesia bersepakat untuk membangun
gerakan kontra-narasi radikalisme di seluruh Indonesia.
“Gerakan Ulama Perempuan ini sangat penting
untuk melawan narasi perang yang terus-menerus dihembus-hembuskan kemana-mana,
oleh pihak-pihak yang menginginkan perpecahan di kalangan sesama anak-bangsa,”
demikian papar Mbak Alfi berapi-api.
Di samping urusan kehidupan keagamaan, Alumnus
IAIN Walisongo Semarang yang pernah mendapatkan beasiswa dari Centre for Southeast
Asian Social Studies UGM , Yogyakarta, dalam Intensive Short Course for
Trainers on Human Right dan Democracy ini juga tetap aktif berhimpun bersama
Kawan-Kawan masa mudanya. Relasinya yang dekat dengan Tokoh Muda Nasional
seperti Adian Napitupulu, Masinton Pasaribu dan sebagainya, telah membawanya
menghadap Presiden RI di Istana Negara pada akhir bulan Mei 2018 yang lalu.
“Kaum Muda adalah tulang-punggung bagi
berlanjutnya tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Karenanya, kita harus terus
menempa diri, terus memperbaiki kualitas diri, sehingga telah siap mengabdi,
ketika datang panggilan dari Ibu Pertiwi, “ Jelasnya.
Mbak Alfi yang merupakan salah satu tokoh
kunci di organisasi Aktivis Syarikat 98 JawaTengah ini, tercatat pula sebagai
salah satu dedengkot yang turut serta mendorong lahirnya Paguyuban Petani
Banaran Sukorejo, Kendal, tak lama setelah arus reformasi bergulir di negeri
ini. Di samping itu, Mbak Alfi juga aktif di Forum Perjuangan Petani Batang
(FPPB) yang belakangan berubah nama menjadi Omah Tani Batang. Pergulatan dengan
Omah Tani inilah yang membuahkan penghargaan “Srikandi Tani”.
Akhir-akhir ini,
Mbak Alfi sibuk berkeliling Jawa Tengah, merintis berdirinya organisasi Perempuan
Tani Jawa Tengah, yang merupakan organ sayap Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
(HKTI). Apakah tidak capek? “Hidup hanya sekali. Fokuskan energi. Kerja keras,
kerja cerdas, kerja ikhlas mengukir prestasi.
Menjemput Berkah Gusti.”(AS)