Kisah penemuan fosil gajah purba berusia 1,2 juta tahun di Banjarejo
Minggu, 03 September 2017
Tulis Komentar
DIREKTORIJATENG.COM- Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan sedang hangat diperbincangkan. Itu karena ada temuan menarik, yaitu fosil gajah purba yang berusia jutaan tahun.
Adalah Mbah Rusdi (70) yang kali pertama menemukan fosil itu. Mbah Rusdi adalah seorang petani. Penemuan fosil itu bermula ketika dia sedang berladang. Tepatnya pada 17 Mei 2017. Sekitar seminggu menjelang bulan puasa.
Rencananya, Mbah Rusdi akan menanam jagung di ladangnya seluas 32 are. Untuk mempersiapkan pengairan, dia membuat sumur. Dia menggali seorang diri. Ketika sampai di kedalaman 1 meteran, cangkul Mbah Rusdi mengenai sesuatu yang keras.
Mbah Rusdi menduga batu keras tersbut adalah fosil yang sedang marak dicari. Temuan fosil di Desa Banjarejo bukan sekali saja. Warga seringkali menemukan fosil itu ketika berladang.
"Kulo lagi nyangkul. Kaget nemu watu balung lagi. Fosil opo ngene iki? (Saya sedang menyangkul. Kaget menemukan tulang. Apakah fosil seperti ini?)," katanya saat ditemui direktorijateng.com di rumahnya, Selasa (22/8/2017).
Mbah Rusdi memberitahukan temuannya itu kepada Modin Kuwojo, Budi Setyo Utomo. Kabar itu pun sampai ke Kepala Desa Banjarejo. Temuan itu juga disampaikan kepada Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.
"Pak Modin kebetulan menantu saya sendiri. Dia ketua komunitas peduli fosil di Banjarejo," kata lelaki kelahiran 1947 itu.
Modin bersama anggota komunitas lalu melakukan penggalian di lokasi temuan. Dugaan Mbah Rusdi benar, setelah digali ternyata terdapat ratusan potongan fosil berserakan.
Menurut Mbah Rusdi, temuan kali ini merupakan yang terbesar jumlahnya dibandingkan sebelumnya. Selang beberapa hari, tim dari BPSMP Sangiran pun merapat ke lokasi.
Tim BPSMP Sangiran bersama komunitas peduli fosil membuat kotak eskavasi di lokasi temuan. Mereka juga membuat atap dengan terpal warna biru untuk menutupi kotak eskavasi tersebut.
Ketua tim kajian fosil Banjarejo, Wahyu Widyanta mengungkapkan potongan fosil yang ditemukan di Banjarejo cukup banyak. Lebih kurang ada 300 fragmen yang ditemukan. Diperkirakan fosil tersebut berusia 1,2 juta tahun.
Sebagian besar merupakan fosil gajah purba. Dia menyebutkan, dalam satu kotak eskavasi dominasi fosil gajah mencapai 40-60 persen. "Ada beberapa jenis lainnya seperti kerbau, banteng dan buaya juga," kata Wahyu.
Menurut Wahyu, tim belum bisa mengidentifikasi gajah tersebut dari spesies apa. Dugaan sementara gajah jenis stegodon.
"Itu baru perkiraan. Karakternya akan jelas setelah bagian rahang ditemukan," katanya.
Tim dari BPSMP telah melakukan kajian potensi fosil Banjarejo selama 20 hari. Sayangnya, fosil bagian rahang yang menjadi kunci belum bisa ditemukan.
Menurut Kepala Desa Banjarejo, Ahmad Taufik penemuan fosil di Banjarejo mulai marak sejak 2015 lalu. Sayangnya, temuan-temuan itu kebanyakan lari ke pengepul. Warga menjualnya karena belum tahu jika fosil memiliki nilai sejarah.
Petani di desanya menganggap batu-batu temuan itu sebagai pengganggu aktivitas pertanian. Warga hanya mengumpulkannya lalu menjual ke pengepul. "Ada yang dikasih Rp 4 jutaan," katanya.
Banjarejo, kata Taufik, memang potensial dengan temuan fosil. Desa seluas 1.720 hektar ini terdiri dari tujuh dusun. Lima di antaranya berpotensi mengandung fosil.
"Yaitu Dusun Nganggil, Ngrunut, Barak, Kwojo, dan Peting. Temuan terbaru ada di dusun Kwojo," kata Taufik. (AS)
Adalah Mbah Rusdi (70) yang kali pertama menemukan fosil itu. Mbah Rusdi adalah seorang petani. Penemuan fosil itu bermula ketika dia sedang berladang. Tepatnya pada 17 Mei 2017. Sekitar seminggu menjelang bulan puasa.
Mbah Rusdi (70) menunjukkan fosil temuannya di Dusun Kuwojo, Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan. (foto direktorijateng.com) |
Mbah Rusdi menduga batu keras tersbut adalah fosil yang sedang marak dicari. Temuan fosil di Desa Banjarejo bukan sekali saja. Warga seringkali menemukan fosil itu ketika berladang.
"Kulo lagi nyangkul. Kaget nemu watu balung lagi. Fosil opo ngene iki? (Saya sedang menyangkul. Kaget menemukan tulang. Apakah fosil seperti ini?)," katanya saat ditemui direktorijateng.com di rumahnya, Selasa (22/8/2017).
Mbah Rusdi memberitahukan temuannya itu kepada Modin Kuwojo, Budi Setyo Utomo. Kabar itu pun sampai ke Kepala Desa Banjarejo. Temuan itu juga disampaikan kepada Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.
"Pak Modin kebetulan menantu saya sendiri. Dia ketua komunitas peduli fosil di Banjarejo," kata lelaki kelahiran 1947 itu.
Modin bersama anggota komunitas lalu melakukan penggalian di lokasi temuan. Dugaan Mbah Rusdi benar, setelah digali ternyata terdapat ratusan potongan fosil berserakan.
Menurut Mbah Rusdi, temuan kali ini merupakan yang terbesar jumlahnya dibandingkan sebelumnya. Selang beberapa hari, tim dari BPSMP Sangiran pun merapat ke lokasi.
Tim BPSMP Sangiran bersama komunitas peduli fosil membuat kotak eskavasi di lokasi temuan. Mereka juga membuat atap dengan terpal warna biru untuk menutupi kotak eskavasi tersebut.
Penampakan fosil yang ditemukan di Desa Banjarejo. (foto direktorijateng.com) |
Ketua tim kajian fosil Banjarejo, Wahyu Widyanta mengungkapkan potongan fosil yang ditemukan di Banjarejo cukup banyak. Lebih kurang ada 300 fragmen yang ditemukan. Diperkirakan fosil tersebut berusia 1,2 juta tahun.
Sebagian besar merupakan fosil gajah purba. Dia menyebutkan, dalam satu kotak eskavasi dominasi fosil gajah mencapai 40-60 persen. "Ada beberapa jenis lainnya seperti kerbau, banteng dan buaya juga," kata Wahyu.
Menurut Wahyu, tim belum bisa mengidentifikasi gajah tersebut dari spesies apa. Dugaan sementara gajah jenis stegodon.
"Itu baru perkiraan. Karakternya akan jelas setelah bagian rahang ditemukan," katanya.
Tim dari BPSMP telah melakukan kajian potensi fosil Banjarejo selama 20 hari. Sayangnya, fosil bagian rahang yang menjadi kunci belum bisa ditemukan.
Menurut Kepala Desa Banjarejo, Ahmad Taufik penemuan fosil di Banjarejo mulai marak sejak 2015 lalu. Sayangnya, temuan-temuan itu kebanyakan lari ke pengepul. Warga menjualnya karena belum tahu jika fosil memiliki nilai sejarah.
Petani di desanya menganggap batu-batu temuan itu sebagai pengganggu aktivitas pertanian. Warga hanya mengumpulkannya lalu menjual ke pengepul. "Ada yang dikasih Rp 4 jutaan," katanya.
Banjarejo, kata Taufik, memang potensial dengan temuan fosil. Desa seluas 1.720 hektar ini terdiri dari tujuh dusun. Lima di antaranya berpotensi mengandung fosil.
"Yaitu Dusun Nganggil, Ngrunut, Barak, Kwojo, dan Peting. Temuan terbaru ada di dusun Kwojo," kata Taufik. (AS)
Belum ada Komentar untuk "Kisah penemuan fosil gajah purba berusia 1,2 juta tahun di Banjarejo"
Posting Komentar