Entri yang Diunggulkan

Essay Diah Ayu Fadilah: Kehidupan Petani dan Segenggam Rasa Syukurnya

Ngabuburit sambil ngartun bareng Sahabat Difabel Semarang

DIREKTORIJATENG.COM- "Jadilah dirimu sendiri". Itulah pesan yang disampaikan Jitet Koestana kepada peserta ngabuburit dan ngartun bareng di Rumah D, Jalan MT Haryono 266 Semarang, Sabtu (17/6/2017). Peserta tak lain adalah para penyandang disabilitas di bawah naungan Komunitas Sahabat Difabel (KSD) Semarang.

Kegiatan ngabuburit dan ngartun bareng ini digagas oleh Semarang Cartoon Club (SECAC). Kartunis senior Semarang, Jitet Koestana dan guru seni rupa SMP Negeri 17 Semarang, Suratno menjadi pembicara.
Ngabuburi sambil ngartun bareng Sahabat Difabel Semarang
Kartunis senior Semarang, Jitet Koestana menyampaikan cara membuat karakter kartun saat ngabuburot di Rumah D, Jalan MT Haryono No 266 Semarang. 
Ada belasan peserta yang ikut serta. Ada yang duduk lesehan di atas karpet. Ada juga yang tetap duduk atas di kursi roda. Mereka menyimak arahan dan motivasi dari Jitet. Mantan kartunis Harian Kompas ini berbagi pengalaman dalam berkreasi maupun mengikuti kontes.

Saat ini, Jitet tercatat sebagai pemegang rekor MURI dengan penghargaan internasional terbanyak. Tak tanggung-tanggung, sekitar 127 penghargaan internasional telah ia raih.

Sebelum sesi ngartun bareng dimulai, beberapa peserta menunjukkan karyanya masing-masing. Jitet memeriksa koleksi itu. Kebanyakan, kata dia, gambar-gambar itu terpengaruh oleh aliran manga, gaya kartun Jepang. Jitet pun mengajak mereka untuk menggali potensi sendiri.

"Kita punya kelebihan masing-masing. Karya kita mungkin akan lebih baik dari Manga," katanya.

Setelah memberikan motivasi, Jitet memulai dengan pemaparan tentang cara menggali ide kartun. Cara yang diajarkannya setahap demi setahap. Dimula dari ide awal. Lalu dilanjutkan dengan menentukan gambar atau ikon-ikon yang diperlukan. Lalu merangkainya menjadi gambar yang bermuatan pesan. Peserta yang menyaksikan tampak antusias.

Rizki Puput Isnaini (22) misalnya. Dia terkesan dengan cara atau proses menggali ide itu.  Menurutnya, itu belum pernah ia pelajari sebelumnya. "Pak Jitet ngajari ide menggambar itu bisa dicari bahan mentahnya dulu. Baru digabungin," ujarnya.

Setelah pemaparan, peserta diminta untuk menggambar. Kartunis SECAC yang hadir, seperti Partono, Darsono, Slamet Widodo, Heru Garsita, Chudori, Legga Cecilia, Abdul Arif turut mendampingi.

Saat menggambar, Puput mengangkat tema soal aksesibilitas. Ia sajikan tema itu melalui gambar seorang anak yang duduk di atas kursi roda. Di depannya ada anak tangga yang menghubungkan sebuah pintu. Ada gambar pelangi di sampingnya.

"Yang ini pelangi. Pelangi itu saya ibaratkan sesuatu yang menarik. Bisa mal, tempat bermain dan lainnya. Tetapi anak-anak difabel kesulitan mengaksesnya," ujanya.

Menurut Puput, ide menggambar itu tak jauh dari kehidupannya. Ia yang juga seorang penyandang disabilitas seringkali menjumpai hambatan dalam beraktivitas.

Di sesi lain, Suratno memotivasi sahabt difabel untuk mengikuti kontes internasional. Dia mengatakan, ada banyak negara yang menyelenggarakan kontes kartun. Difabel, kata dia, memiliki potensi yang sama untuk bisa juara.

"Tertarik sekali. Pengennya teman difabel karyanya bisa diangkat go internasional," kata Puput menjawab tantangan Suratno.
Ngabuburi sambil ngartun bareng Sahabat Difabel Semarang
Guru SMP Negeri 17 Semarang, Suratno mendampingi sahabat difabel menggambar kartun.
Ketua Komunitas Sahabat Difabel Semarang, Noviana Dibyantari merasa bahagia. Dia melihat keceriaan anak-anak difabel saat belajar menggambar kartun. Menurut Novi, teknik menggambar sederhana seperti itulah yang pas bagi teman-teman difabel.

"Mereka tak bisa berfikir terlalu berat. Teknik sederhana ini yang kita butuhkan. Gambar biasa dikembangkan jadi gambar bertema. Saya tanya seneng nggak? Mereka bilang senang," katanya.

Dia berencana, latihan menggambar kartun menjadi agenda rutin di Rumah D. Dia berharap kelak ada anak difabel yang  bisa berprestasi di tingkat internasional. "Saya kepingin ini berlanjut entah sebulan sekali atau bagaimana. Mereka bisa diberi PR untuk menggambar," katanya. (AS)

Belum ada Komentar untuk "Ngabuburit sambil ngartun bareng Sahabat Difabel Semarang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel